Tulisan kali ini bercerita tentang hasil ekskursi ke sebuah
perusahaan benih di Hadmersleben, Jerman. Sebenarnya kunjungan ini dilakukan
sekitar 1 bulan yang lalu, namun karena sangat berkesan rasanya sayang
kalau tidak ditulis..
Perusahaan benih yang kami kunjungi ini berfokus pada
produksi benih rapeseed (canola) dan gandum, dua komoditi penting di Eropa.
Rapeseed merupakan salah satu tanaman penghasil vegetable oil utama di Eropa. Ketika kita menjelajah daratan Eropa
pada musim semi dari kejauhan terlihat hamparan kuning yang luas, maka itulah
hamparan perkebunan rapeseed. Bunganya yang kuning begitu menawan dari
kejauhan. Sedangkan gandum merupakan tanaman pokok penyedia pangan di Eropa,
bahkan di dunia. Tepung gandum merupakan bahan baku aneka olahan makanan. Saya
tertarik ketika melihat malai gandum di sini yang tidak memiliki bulu (awn less) karena yang saya lihat di
Indonesia adalah gandum yang berbulu. Gandum tanpa bulu merupakan salah satu
target yang ingin diperoleh karena akan mempermudah proses panen dan pasca
panen.
Gambar tanaman rapeseed dalam rumah isolasi dan perkebunan rapeseed yang sudah berbuah
(foto dokumen pribadi)
Hadmersleben merupakan salah satu daerah di bagian tengah
Jerman yang memang tekenal sebagai daerah pertanian yang menghasilkan bibit
dengan kualitas baik. Hal ini ditunjang dengan kondisi alamnya yang terdiri
dari tanah yang subur dan kondisi geografis yang dikelilingi pegunungan yang
menyebabkan curah hujan lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Rendahnya
curah hujan mendukung diproduksinya benih yang berkualitas.
Perjalanan Goettingen – Hadmersleben memakan waktu ± 2 jam
dengan mobil dengan kondisi perjalanan lancar tanpa hambatan (tidak macet). Ketika
sampai di perusahaan, kami secara bergiliran dipandu oleh dua orang pemulia
senior yang menjelaskan tentang proses produksi benih, mulai dari pemilihan
benih, pemuliaannya dan perbanyakan benih. Sangat menarik melihat proses
pemuliaan tanaman dilihat dari sudut pandang pemulia di perusahaan. Selain
memiliki target menghasilkan benih unggul dan berkualitas, mereka juga dituntut
untuk melakukan efisiensi dalam prosesnya. Hal ini yang tidak akan pernah
diperoleh di perguruan tinggi manapun.
Gambar gandum berbulu dan perkebunan gandum tanpa bulu (awn less)
(foto dokumen pribadi)
Practical breeding,
begitu mereka menyebutnya. Practical
breeding pada intinya merupakan pelibatan efisiensi dalam pemuliaan tanaman yang menjadi ciri di semua perusahaan. Mereka berusaha membuat efisiensi dalam semua
proses pengerjaan, membuat terobosan baru agar suatu pekerjaan dapat dilakukan
dengan lebih mudah, cepat dan menghasilkan. Hal ini tidak pernah terpikirkan,
apalagi bagi pemulia yang bekerja di instansi pemerintah seperti saya. Mereka
bekerja dengan target, waktu dan biaya yang sangat diperhitungkan. Saya
terkagum-kagum melihat semangat dan cara kerja mereka. Ratusan persilangan yang
berasal dari puluhan sampai ratusan tetua yang sebelumnya pasti melewati proses
seleksi. Belum lagi ratusan persilangan itu pasti menghasilkan ratusan, ribuan,
bahkan mungkin puluhan atau ratusan ribu galur-galur harapan yang harus
melewati beberapa fase pengujian. Selain itu, mereka juga membudidayakan
puluhan jenis spesies yang masih satu genus dengan gandum sebagai sumber genetik pemuliaan di masa mendatang. Belum lagi
aplikasi MAS (Marker Assisted Selection) yang digunakan untuk menyeleksi galur-galur
yang sesuai dengan karakter target pada level DNA. Mereka melakukan terobosan
dalam menganalisa dan menyeleksi galur-galur dalam jumlah besar dan dapat
dilakukan dengan waktu singkat dengan hanya seorang teknisi laboratorium. Membayangkannya
saja sudah membuat sakit kepala..:)
Yang menjadi pelajaran berharga juga dalam ekskursi ini
adalah semangat berbagi ilmu yang buat sebagian orang merupakan hal tabu. Semangat
untuk menularkan ilmunya tanpa takut bahwa ilmunya akan dicuri. Mereka
mengajarkan beberapa trik sederhana yang dilakukan untuk mempercepat proses
pekerjaannya. Beberapa tahapan penting diperlihatkan dan dijelaskan dengan
sangat baik. Mereka berprinsip bahwa semua orang bisa saja melakukan hal yang
sama dengan yang mereka lakukan tetapi ada yang membedakan keberhasilan orang
tersebut untuk menerapkan cara yang sama, yaitu mental. Mental yang lahir dari
ilmu dan pengalaman setiap oranglah yang akan menentukan keberhasilan seseorang
dalam melakukan pekerjaan.
Dari semua hal luar biasa yang saya dapat dari kunjungan ini
adalah bahwa yang mendasari semua pekerjaan yang tidak mudah itu adalah filosofi
mencintai pekerjaan, “love what you do”.
Mencintai apa yang kita kerjakan. Ya, sederhana untuk diucapkan, tetapi sangat
berat untuk diaplikasikan. Motivasi itulah yang membuat mereka bersemangat dan
mampu berinovasi dalam bekerja. Dengan mencintai apa yang kita kerjakan maka
kita akan melalui semua rutinitas maupun masalah dalam pekerjaan dengan sepenuh
hati. Mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati juga melahirkan sikap dalam
bekerja yang sifatnya non teknis, seperti mengunjungi eksperimen setiap hari
dan menyapa tanaman-tanaman seperti menyapa anak sendiri. Dengan melakukan
hal tersebut setiap hari, maka akan timbul rasa mencintai dan akan lahir
tanggung jawab.
Huhu.. sangat dalam sekali filosofi yang bisa dipelajari
dari ekskursi kali ini. Inspirasi baru dalam melakukan setiap aktivitas dalam
kehidupan. Love what you do.. Semoga
menambah semangat dan motivasi untuk berkarya lebih baik lagi. Do your best..:)
hm... love what you do and share to others :)
BalasHapusgood posting bu :)
Thanks bu Ratu.. Masih dalam tahap menjaga semangat menulis..:)
Hapus