Rabu, 10 Juli 2013

Love What You Do


Tulisan kali ini bercerita tentang hasil ekskursi ke sebuah perusahaan benih di Hadmersleben, Jerman. Sebenarnya kunjungan ini dilakukan sekitar 1 bulan yang lalu, namun karena sangat berkesan rasanya sayang kalau tidak ditulis..


Perusahaan benih yang kami kunjungi ini berfokus pada produksi benih rapeseed (canola) dan gandum, dua komoditi penting di Eropa. Rapeseed merupakan salah satu tanaman penghasil vegetable oil utama di Eropa. Ketika kita menjelajah daratan Eropa pada musim semi dari kejauhan terlihat hamparan kuning yang luas, maka itulah hamparan perkebunan rapeseed. Bunganya yang kuning begitu menawan dari kejauhan. Sedangkan gandum merupakan tanaman pokok penyedia pangan di Eropa, bahkan di dunia. Tepung gandum merupakan bahan baku aneka olahan makanan. Saya tertarik ketika melihat malai gandum di sini yang tidak memiliki bulu (awn less) karena yang saya lihat di Indonesia adalah gandum yang berbulu. Gandum tanpa bulu merupakan salah satu target yang ingin diperoleh karena akan mempermudah proses panen dan pasca panen.

Gambar tanaman rapeseed dalam rumah isolasi dan perkebunan rapeseed yang sudah berbuah
(foto dokumen pribadi)

Hadmersleben merupakan salah satu daerah di bagian tengah Jerman yang memang tekenal sebagai daerah pertanian yang menghasilkan bibit dengan kualitas baik. Hal ini ditunjang dengan kondisi alamnya yang terdiri dari tanah yang subur dan kondisi geografis yang dikelilingi pegunungan yang menyebabkan curah hujan lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Rendahnya curah hujan mendukung diproduksinya benih yang berkualitas.

Perjalanan Goettingen – Hadmersleben memakan waktu ± 2 jam dengan mobil dengan kondisi perjalanan lancar tanpa hambatan (tidak macet). Ketika sampai di perusahaan, kami secara bergiliran dipandu oleh dua orang pemulia senior yang menjelaskan tentang proses produksi benih, mulai dari pemilihan benih, pemuliaannya dan perbanyakan benih. Sangat menarik melihat proses pemuliaan tanaman dilihat dari sudut pandang pemulia di perusahaan. Selain memiliki target menghasilkan benih unggul dan berkualitas, mereka juga dituntut untuk melakukan efisiensi dalam prosesnya. Hal ini yang tidak akan pernah diperoleh di perguruan tinggi manapun.

Gambar gandum berbulu dan perkebunan gandum tanpa bulu (awn less)
(foto dokumen pribadi)

Practical breeding, begitu mereka menyebutnya. Practical breeding pada intinya merupakan pelibatan efisiensi dalam pemuliaan tanaman yang menjadi ciri di semua perusahaan. Mereka berusaha membuat efisiensi dalam semua proses pengerjaan, membuat terobosan baru agar suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah, cepat dan menghasilkan. Hal ini tidak pernah terpikirkan, apalagi bagi pemulia yang bekerja di instansi pemerintah seperti saya. Mereka bekerja dengan target, waktu dan biaya yang sangat diperhitungkan. Saya terkagum-kagum melihat semangat dan cara kerja mereka. Ratusan persilangan yang berasal dari puluhan sampai ratusan tetua yang sebelumnya pasti melewati proses seleksi. Belum lagi ratusan persilangan itu pasti menghasilkan ratusan, ribuan, bahkan mungkin puluhan atau ratusan ribu galur-galur harapan yang harus melewati beberapa fase pengujian. Selain itu, mereka juga membudidayakan puluhan jenis spesies yang masih satu genus dengan gandum sebagai sumber genetik pemuliaan di masa mendatang. Belum lagi aplikasi MAS (Marker Assisted Selection)  yang digunakan untuk menyeleksi galur-galur yang sesuai dengan karakter target pada level DNA. Mereka melakukan terobosan dalam menganalisa dan menyeleksi galur-galur dalam jumlah besar dan dapat dilakukan dengan waktu singkat dengan hanya seorang teknisi laboratorium. Membayangkannya  saja sudah membuat sakit kepala..:)

Yang menjadi pelajaran berharga juga dalam ekskursi ini adalah semangat berbagi ilmu yang buat sebagian orang merupakan hal tabu. Semangat untuk menularkan ilmunya tanpa takut bahwa ilmunya akan dicuri. Mereka mengajarkan beberapa trik sederhana yang dilakukan untuk mempercepat proses pekerjaannya. Beberapa tahapan penting diperlihatkan dan dijelaskan dengan sangat baik. Mereka berprinsip bahwa semua orang bisa saja melakukan hal yang sama dengan yang mereka lakukan tetapi ada yang membedakan keberhasilan orang tersebut untuk menerapkan cara yang sama, yaitu mental. Mental yang lahir dari ilmu dan pengalaman setiap oranglah yang akan menentukan keberhasilan seseorang dalam melakukan pekerjaan.

Dari semua hal luar biasa yang saya dapat dari kunjungan ini adalah bahwa yang mendasari semua pekerjaan yang tidak mudah itu adalah filosofi mencintai pekerjaan, “love what you do”. Mencintai apa yang kita kerjakan. Ya, sederhana untuk diucapkan, tetapi sangat berat untuk diaplikasikan. Motivasi itulah yang membuat mereka bersemangat dan mampu berinovasi dalam bekerja. Dengan mencintai apa yang kita kerjakan maka kita akan melalui semua rutinitas maupun masalah dalam pekerjaan dengan sepenuh hati. Mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati juga melahirkan sikap dalam bekerja yang sifatnya non teknis, seperti mengunjungi eksperimen setiap hari dan menyapa tanaman-tanaman seperti menyapa anak sendiri. Dengan melakukan hal tersebut setiap hari, maka akan timbul rasa mencintai dan akan lahir tanggung jawab.


Huhu.. sangat dalam sekali filosofi yang bisa dipelajari dari ekskursi kali ini. Inspirasi baru dalam melakukan setiap aktivitas dalam kehidupan. Love what you do.. Semoga menambah semangat dan motivasi untuk berkarya lebih baik lagi. Do your best..:)

2 komentar:

  1. hm... love what you do and share to others :)
    good posting bu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks bu Ratu.. Masih dalam tahap menjaga semangat menulis..:)

      Hapus